Minggu, 19 Februari 2012

MENGAMALKAN AL-QUR'AN (2)

Kedua, yaitu dengan memberikan perhatian kita kepada apa-apa yang ada atau yang diperhatikan oleh Al Qur’an.


Misalnya perhatian Al Qur’an terhadap anak-anak yatim. Banyak sekali ayat Al-Qur’an yang menyebutkan tentang anak yatim. Rasulullah sendiri lahir dalam keadaan yatim. Ini menandakan bahwa anak yatim patut mendapatkan perhatian serius dari kita, dan ini adalah hal yang sangat penting. Maka sudah sewajarnyalah kita, dan juga negara, untuk tidak menelantarkan anak-anak yatim. Selain anak-anak yatim, dalam Al Qur’an juga terdapat perhatian terhadap memberi makan orang-orang miskin.


Contoh lain, adalah tentang menikah. Islam itu tidak “cuek” dengan orang-orang yang masih bujang/gadis. Allah SWT berfirman: “Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS An Nur: 32).


Perhatian Al Qur’an terhadap orang-orang yang sendirian dan orang-orang yang sudah layak kawin, menandakan bahwa mereka (para bujangan/gadis) juga harus diperhatikan oleh kaum muslimin. Mereka musti dicarikan pasangan hidup (dinikahkan), bukan justru diajari pacaran atau berzina dengan berbagai covernya.


Ada 2 hal yang perlu diperhatikan dalam hal ini, yaitu : 

1. Perkara yang menjadi perhatian Al Qur’an berarti merupakan perkara penting. 


Itulah mengapa para ustadz-ustadz atau kyai-kyai yang sering berceramah, seolah-olah tidak pernah kehabisan bahan untuk berceramah. Karena hal-hal penting yang harus mereka sampaikan semuanya sudah ada di dalam Al Qur’an.  Muslim secara umum pun seharusnya juga demikian, tidak sulit dalam berdakwah, karena hal-hal yang perlu disampaikan dalam dakwah, semuanya sudah dicantumkan dalam Al Qur’an. Kita ambil satu contoh tentang perkara penting yang ada dalam Al Qur’an, yaitu mengenai malam Lailatul Qadr. “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur’an) pada malam kemuliaan (lailatul qadr). Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS. Al Qadr: 1-5). Dengan adanya perhatian Al Qur’an pada lailatul qadr, maka perhatian kita juga jangan sampai terlewatkan dengan yang namanya lailatul qadr, karena dia adalah malam yang begitu penting, malam kemuliaan, sekali dalam setahun.


2. Prioritas yang diberikan oleh Al Qur’an menunjukkan prioritas pengamalannya.


Contoh mengenai hal ini adalah tentang kisah Bani Israil yang selalu disebut berulang-ulang dalam Al Qur’an. Ini menunjukkan betapa pentingnya, betapa urgen (prioritas)nya kita dalam memberikan perhatian terhadap kaum yang satu ini. Oleh karena itulah tidak layak bagi suatu negeri yang mayoritas berpenduduk muslim untuk menjalin hubungan dengan kaum Yahudi (Bani Israil), karena mereka adalah bahaya laten. Apalagi Allah SWT berfirman, “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)”. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.” (QS. Al Baqarah: 120). Contoh lain mengenai prioritas adalah tentang thaharah (bersuci), shalat & zakat, serta puasa. Thaharah diterangkan dalam Al Qur’an hanya beberapa kali saja, contohnya dalam surat Al Maidah ayat 6. Sedangkan Al Qur’an menerangkan tentang shalat dan zakat berkali-kali. Lalu tentang puasa, Al Qur’an juga menyebutkannya berkali-kali, namun tidak lebih banyak dari shalat dan zakat. Ini semua menandakan skala prioritas dalam pengamalan (pengajaran)nya. Ketika Al Qur’an menunjukkan sebuah indikasi prioritas, maka di situlah terdapat skala prioritas.


Contoh-contoh di atas hanyalah sebagian kecil dari apa-apa yang terdapat di dalam Al Qur’an. Kalau kita bahas seluruhnya, niscaya artikel ini tidak akan kelar-kelar di tulis.
Demikianlah, dua hal yang harus kita mulai dalam mengamalkan Al Qur’an. Yaitu dimulai dari mengimaninya secara menyeluruh, lalu memperhatikan apa-apa yang diperhatikan oleh Al Qur’an. Ayo kita amalkan Al Qur’an.


Saran buku bacaan :
1.    Bagaimana Berinteraksi dengan Al Qur’an (Yusuf Qaradhawi)
2.    Klasifikasi Kandungan Al Qur’an (Choiruddin Hadhiri SP)


Sumber: http://www.dakwatuna.com/2012/02/18546/mengamalkan-al-quran-mulainya-dari-mana/#ixzz1mkZAKhsv

1 komentar:

  1. Salam kenal gan !
    Follow back blog sy y di belajar-lagii.blogspot.com

    Mohon saran & kritiknya
    Trimakasih. . .

    BalasHapus